I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Biologi perikanan
adalah dasar dari ilmu tentang semua aspek-aspek yang berhubungan dengan
biologi ikan. Setiap mahluk hidup mengalami pertumbuhan selama hidupnya dan
melakukan reproduksi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu juga yang
terjadi pada ikan, pertumbuhan tersebut dapat diamati secara fisik atau melalui
pengamatan perkembangan jaringan.
Ikan merupakan hewan vertebrata dimana menggunakan air
sebagai media tempat hidupnya, bergerak menggunakan sirip, bernafas dengan
insang dan merupakan hewan poikiloterms
atau berdarah dingin atau sedrhananya merupakan suhu tubuhnya mengikuti suhu
lingkungan tempat hidupnya.
Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum biologi perikanan tentang, analisa
pola kebiasaan makanan ikan (food habits),
tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, nilai fekunditas, analisa
hubungan panjang berat. Adapun ikan yang digunakan dalam praktikum biologi
perikanan adalah ikan Sphyraena sp.
B. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari
pelaksanaan pratikum ini adalah praktikan atau mahasiswa dapat mengetahui
hubungan panjang berat seksualitas ikan, mengetahui fekunditas, Indeks
Kematangan Gonad (IKG),dapat menghitung
Tingkat Kematangan Gonad (TKG), serta melihat kebiasaan makan ikan.
Sedangkan manfaat dari pelaksanaan
praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menambah wawasan tentang hubungan panjang berat seksualitas ikan, fekunditas, Indeks
Kematangan Gonad (IKG), dapat menghitung
Tingkat Kematangan Gonad (TKG), serta melihat kebiasaan makan ikan.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum :
Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo :
Perciformes
Famili : Sphyraenidae
Genus :
Sphyraena
Spesies: S. barracuda
Gambar 1. Klasifikasi ikan Sphyraena barracuda
A. Morfologi dan Penyebaran
Ikan alu-alu memiliki bentuk tubuh
bulat panjang dengan kepala menirus
kebagian moncong dengan mulut lebar, rahang bawah lebih panjang daripada
rahang atas, dikedua rahangnya memiliki gigi yang cukup besar dan relatif
panjang hal ini dikarenakan ikan ini merupakan jenis ikan karnivora. Pinggir
tubuh dan perutnya berwarna keperakan dan mengkilat tetapi punggungnya berwarna
hijau dan abu-abu (Djuanda, 1981) sedangkan menurut Murtidjo (2001) hampir sama
dengan yang dikemukakan oleh Djuanda namun Murtidjo menambahkan lagi sirip
punggung ikan alu-alu berjumlah dua dan terpisah jauh sirip punggung kedua
terdapat tepat diatas sirip anal, sirip ekornya berbentuk cagak dan sirip dada
agak ke bawah.
Ikan alu-alu hidup mulai dari
perairan pantai lepas dan sering bergerombol namun terkadang menyendiri. Ikan
alu-alu tersebar hampir diseluruh perairan di kawasan iklim sedang dan iklim tropis. Di Indonesia hampir
terdapat diseluruh perairan baik barat, tengah maupun timur kawasan perairan di
Indonesia (Murtidjo, 2001)
Hidup pada daerah
bersubstrat pasir maupun pasir berlumpur, sehingga banyak terdapat pada
perairan dangkal, Ikan muda berada di daerah Bakau, Estuari dan Terumbu Karang
bagian dalam ikan dewasa tersebar luas dari Pantai sampai Laut lepas bersifat Soliter namun bisa juga ditemukan
dalam gerombolan kecil. Termasuk ikan carnivor, jenis makanannya dari ikan, Cephalopoda dan Udang. (Bailey et al.,
2001).
Ikan
barakuda terdapat di atlantik timur tepatnya di Teluk Biscay ke Mossamedes
termasuk di wilayah Mediteranian dan laut hitam serta Afrika bagian utara.
Sebanyak 20 spesies ikan jenis alu-alu terdapat pada Samudera Atlantik, Pasifik
dan Hindia (Helfman et al., 1997), namun terdapat juga di perairan Laut Hitam (Black Seas) (Bailey et al., 2001).
B. Hubungan Panjang Berat
Berat dapat
dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat
hampir sama dengan hukum kubik dimana berat ikan sebagai pangkat tiga dari
panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian
karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda dalam mengukur panjang berat ikan
dikenal dengan dua cara yakni pengukuran langsung dan tidak langsung. Teknik
pengukuran langsung ini, dilakukan bila jumlah yang diamati terlalu banyak dan
akan menyebabkan banyak kesalahan dalam pencatatan. Sedangkan cara tidak
langsung dilakukan dengan cara mula-mula log harga kecil terkecil dan terbesar
dari panjang berat yang kita tentukan. Dari perbedaan harga log ini akan muncul
harga beda log (Ersti, 2000).
C. Tingkat Kematangan Gonad
Produksi artinya
memperbanyak diri atau berkembang biak pada hewan air diketahui dan pproses
fundamental reproduksi yaitu reproduksi asseksual
misalnya dengan pembelahan dam memproduksi seksual dengan membentuk sel-sel
gamet yakni sperma dan telur (Yuwono dan Purnama 2002), reproduksi adalah
kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan
betina akan membuat zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru
(Fujaya, 2004).
Tahap perkembangan
gonad, sel pólices memipih dan
berpindah untuk oosit yang sedang berkembang. Perubahan oosit selama pematangan
ovarium mempunyai hubungan deengan tahap-tahap yang berbeda pembentukan miosis
pada pertumbuhan primer meliputi tahap nukleat kiomatin, diameter oosit
berkisar antara 20-50 mm. Sedangkan sitoplasma
dan sel telur yang menonjol dengan satu nukleus besar atau bebrapa nukleus
kecil. Pada saat ini terbentuk satu lapisan satu sel granulose dan satu sel reka (Wahyuningsih, 2006).
Menurut Permadi dkk
(2009) faktor internal dalam diri ikan jenis ikan, heriditas, fisiologi, faktor
eksternal (lingkungan), makanan, lama penyinaran suhu dan naiknya permukaan air
pada musim penghujan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kematangan gonad menurut
Webber dalam Styono (2004) diketahui sistem endokrin memiliki pesan yang
penting dalam koagulasi pembentukan ganet pada prosabarnch. Dipercaya bahwa suhu, kualitas air, lama penyinaran,
ombak, tekanan dari ombak, tekanan tempratur udara, salinitas, suplay makanan
dan nutrisi adalah faktor yang mempengaruhi pembentukan gonad dan siklus breeding.
Menurut Effendi (2002),
penelusuran ukuran telur masak dalam komposisi ukuran telur secara keseluruhan
dapat menuntun kepada pandangan pada memijah ikan tersebut. Menurut Nikoisky
dalam Effendi (2004) tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan
berat gonad. Secara alamiah halini berhubungan deengan ukuran dan berat tubuh
ikan keseluruhan atau tanpa berat gonad. Perbandingan antara berat gonad
deengan berat tubuh.
Tingkat kematangan
gonad merupakan bentuk analisis proses kematangan gonad ikan yang semakin
matang sebelum terjadi pembuahan. Dalam reproduksi, sebagian hasil metabolisme
tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai
maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya menurun setelah pemijahan.
Kondisi gonad ini dapat dinyatakan sebagai berat gonad dibagi berat tubuh ikan
(termasuk gonad) dikalikan 100%.
Proses
reproduksi sebagian besar merupakan hasil metabolisme yang tertuju pada
perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimal ketika
ikan itu kan berpijah, kemudian berat ikannya menurun setelah pemijahan
(Hartono, 2009).
D. Indeks Kematangan Gonad
Selama proses reproduksi, sebelum
pemijahan terjadi sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan
gonad. Gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya,
termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum
sesaat sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan
berlangsung sampai proses selesai (Effendie, 2002).
Secara
morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat kematangan
gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan ukuran terhadap
rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan Indeks
Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad dengan berat
tubuh.
E. Fekunditas
Fekunditas
adalah jumlah telur yang terdapat pada ovary ikan betina yang telah matang
gonad dan siap untuk dikeluarkan pada saat memijah,. Pengetahuan tentang
fekunditas sangatlah penting di bidang biologi perikanan untuk memprediksi berapa
jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Heriyanto,2011).
Banyak
telur yang dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah atau biasa disebut dengan
fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan spesies. Jumlah telur
yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang tingkat kelangsungan
hidupnya dialam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat ditentukan oleh faktor
lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat diketahui dengan tingkat
fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan ikan air tawar. Telur yang dihasilkan memiliki ukuran yang
bervariasi . ukuran telur dapat dilihat dengan menghitung diameter telur.
Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur
dengan mikrometer yang berskala yang sudah ditera. Pengamatan fekunditas dan diameter
telur dapat dilakukan pada ikan
dengan TKG III dan IV (Arief
,2009).
Dengan mengetahui fekunditas dapat
ditaksir jumlah ikan yang akan dihasilkan dan juga dapat ditentukan jumlah ikan
dalam kelas umur tertentu. Faktor-faktor yang memegang peranan mortalitas
adalah faktor genetik serta respon terhadap makanan (Yasidi dkk., 2005)
F. Kebiasaan Makan
Secara garis besar susunan saluran
pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, esophagus, lambung, intestinum dan
anus. Akan tetapi, pada jenis ikan Channa
organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat pyloric caeca. Selain itu pada mulut ikan dapat dijumpai gigi yang berperan
untuk mambantu mendapatkan makanan. (Pulungan, 2006)
Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas
makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding habits) adalah waktu tempat dan
cara makanan itu didapatkan ikan (Nur 1997 dalam Effendie, 2002). Tidak
keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya zat makanan oleh ikan diataranya
yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan
tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada
kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi
makanan ikan tersebut (Beckman, 1962 dan Yasidi dkk., 2005).
Dalam pengelompokkan ikan
berdasarkan makanannya terdapat ikan sebagai pemakan plankton (plancton feeder), herbivora, kaarnivora
dan omnivora. Berdasarkan jumlah variasi dari makanan yang macamnya sedikit dan
ikan yang makannya hanya satu jenis makanan saja atau monophagus (Effendi, 2002).
III.
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum biologi perikanan
dilakukan pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 09.00-15.00 WITA, bertempat di
Laboratorium Produksi C Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktek biologi
perikanan dapat dilihat pada Table 1 di bawah ini.
Tabel 1. Alat
dan Bahan Beserta Kegunaannya
No
|
Alat dan Bahan
|
Satuan
|
Kegunaa
|
A.
|
Alat
|
|
|
|
-
Gunting bedah
|
Buah
|
Sebagai alat bedah
|
|
-
Pisau bedah
|
Buah
|
Sebagai alat bedah
|
|
-
Penggaris
|
Cm
|
Sebagai alat ukur
|
|
-
Kamera
|
Unit
|
Untuk dokumentasi
|
|
-
Mikroskop
|
Unit
|
Untuk mengamati gonad ikan
|
|
-
Lap kasar dan lap halus
|
Paket
|
Sebagai alat pembersih
|
|
-
Alat tulis
|
Paket
|
Sebagai alat tulis
|
|
-
Kertas
|
Lembar
|
Untuk menulis laporan sementara
|
|
-
Gelas ukur
|
Ml
|
Untuk mengukur volume lambung
|
|
-
Pipet tetes
|
Ml
|
Untuk mengambil sampel gonad
|
|
-
Kaca preparat
|
Buah
|
Sebagai tempat sample (Gonad)
|
|
-
Kaca penutup
|
Buah
|
Sebagai penutup kaca preparat
|
|
-
Sunlight
|
Bungkus
|
Sebagai bahan pembersih
|
|
-
Timbagan digital
|
Gram
|
Untung menimbang ikan
|
B.
|
Bahan
|
|
|
|
-
Ikan Alu-Alu (Sphyraena
barracuda)
|
Ekor
|
Sebagai objek pengamatan
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada
praktikum biologi perikanan adalah sebagai berikut:
1.
Tahap
Kematangan Gonad
-
Mengukur
panjang total ikan (jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan lengkung
sirip ekor yang paling belakang) menggunakan mistar dengan ketelitian 1 mm dan
bobotnya ditimbang dengan timbangan digital berketelitian 0,01 g.
-
Melakukan
pembedahan terhadap sampel ikan dengan
menggunakan gunting bedah (dengan ujung runcing-tumpul) dan menusukkan bagian
yang runcing ke bagian anus hingga terbentuk lubang kecil. Kemudian gunting
dirubah posisinya . Dengan posisi ujung gunting tumpul di bawah, menggunting
tubuh ikan kea rah rongga perut bagian atas, pengguntingan dilakukan dengan
hati-hati agar organ-organ dalam tidak rusak karena tertusuk ataupun robek.
Setelah gunting mencapai jung terdepan dari rongga perut bagian atas (belakang
kepala), gunting diarahkan ke bagian bawah hingga dasar perut. Kemudian membuka
daging yang telah digunting tersebut.
-
Setelah
dilakukan pembedahan, maka organ tubuh bagian dalam pada ikan akan terlihat
-
Tahap
perkembangan gonad pada ikan jantan dan betina kemudian ditentukan.
2.
Indeks
Kematangan Gonad
-
Gonad
ikan yang diperoleh kemudian ditimbang untuk memperoleh bobot gonad sebenaranya
-
Data
panjang bobbot ikan diperoleh
-
Menghitung
besarnya indeks kematangan gonad dan Gonado Indeks sesuai dengan formula yang
telah ditentukan. Indeks kematang gonad (IKG) ditentukan dengan membandingkan
bobot gonad dengan bobot tubuh ikan.
3.
Fekunditas
-
Analisis
fekunditas pada ikan dengan fekunditas sedikit dilakukan dengan menghitung
langsung telur dari ikan yang matang gonad (TKG IV-V) dan penghitungan
dilakukan seluruhnya dengan cara diencerkan dengan air dan dihitung jumlah
telurnya di bawah mikroskop
-
Untuk
ikan-ikan yang mempunyai fekunditas dalam jumlah besar, penghitungan telur
dapat dilakukan secara volumetric, gravimetric, atau cara gabungan. Namun dalam
praktikum ini digunakan metode gravimetrik
-
Telur
diambil sebagian (10-20%) dari bobot gonad pada bagian anterior, madian, dan
posterior
-
Fekunditas
populasi yaitu produksi telur ikan betina
-
Pengukuran
diameter telur dilakukan dengan mengambil gonad ikan betina dari TKG III-V dari
tiga bagian yang berbeda yaitu anterior, median dan posterior masing-masing
sebanyak 100 butir
-
Telur
diletakkan berjajar pada gelad oibjek lalu diamati dengan menggunakan mikroskop
yang dilengkapi micrometer okuler, sebelumnya mikrometer okuler ditera dengan
mikrometer objektif. Peneraan dilakukan dengan mangalikan nilai pengukuran
diameter telur dengan hasil bagi antara mikrometer objektif dan okuler
-
Untuk
melihat keeratan hubungan antara keduanya ditunjukan dengan nilai koefisien
korelasi. Jika nilainya mendekati satu menandakan korelasi yang kuat. Jika
nilai korelasinya mendekati nol maka hubungan keduanya lemah
-
Untuk
mendapatkan ukuran ikan pertama kali matang gonad dengan panjang totalnya.
Panjang ikan minimum pada sekurang-kurangnya 50% dari ikan yang matang gonad
(TKG IV-V) dinyatakan sebagai ukuran ikan pertama kali matang gonad.
4.
Kebiasaan Makanan Ikan
-
Analisis
makanan alami dilakukan dengan membedah ikan. Untuk dapat melihat alat
pencernaan mulai dari faring sampai ke anus, menggunting bagian bawah kepala
hingga trrbelah dua. Dengan cara ini alat pencernaan bagian depan (faring dan
esophagus) dapat dilihat
-
Selanjutnya
seluruh saluran pencernaannya dikeluarkan dan disimpan dalam botol sampel dan
diawetkan dengan alcohol 10%
-
Jenis-jenis
makanan ikan yang ditemukan dala saluran pencernaan diamati di bawah
mikroskopbinokuler dan diidentifikasi
-
Penentuan
kebiasaan makanan ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti metode
jumlah, frekuensi kejadian, tumpukan dalam persen, volumetric, gravimetric, dan
metode gabungan( indeks relative dan indeks bagian terbesar
-
Pemilihan
metode penentuan kebiasaan makanan ditentukan oleh jenis ikan herbivore,
karnivora, atau omnivore).
5.
Hubungan Panjang Dan Bobot
-
Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum
-
Mangambil
satu persatu ikan yang tersedia, lalu mengukur panjangnya dengan menggunakan
mistar dengan ketelitian 1 mm atau caliper, mulai dari ujung mulut sampai ujung
ekor terpanjang (panjang total)
-
Mengukur
bobot atau berat ikan dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
-
Mencatat hasil pengukuran
-
Melakukan analisis data panjang berat
ikan
D.
Analisis
Data
Data-data
yang telah diperoleh dalam praktikum ini selanjutnya dianalisis dengan
pedekatan-pendekatan matematis dan pendekatan statistik.
1.
Hubungan Panjang berat
Menurut Hile (1936) dalam
Aslan (1996) bahwa formulasi umum yang dapat digunakan untuk menentukan hubungan panjang berat adalah:
W = aL b
Keterangan : W = Berat ikan , L = Panjang ikan dan a =
Konstanta
Persamaan
tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma dan akan diperoleh
persamaan linear sebagai berikut:
Log W = Log a + b Log L
Tehnik
perhitungan panjang berat dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
a.
Secara
Langsung
Untuk melakukan
tekhnik perhitungan secara langsung terlebih dahulu dibuat suatu daftar (tabel)
yang tersususn dari harga-harga L,W, Log L, Log W, Log L x Log W, (Log L)2,
(Log W)2. Selanjutnya jumlah-jumlah yang diperoleh dimasukan ke
dalam persamaan sebagai berikut:
b =N(LogL x Log W) – (Log L) (Log W)
N(Log L)2- (Log L)2
a = Y – bX
Keterangan: Y = Log W
N
X = Log L
N
r
= N(Log L x Log W) – (Log L)
(Log W)
√N(Log L)2 – (Log L)2x
(N(Log W)2 – (LogW)2
Nilai-nilai a dan b yang telah diperoleh
dimasukkan ke dalam bentuk persamaan linear seperti yang dicantumkan pada
halaman sebelumnya.
b.
Secara
Tidak Langsung
Dalam tekhnik perhitungan dengan cara ini, mula-mula dari
masing-masing logaritma harga terkecil dan terbesar setiap panjang dan berat.
Dari perbedaan harga logaritma ini ditentukan banyaknya kelas yang dikehendaki
dan selanjutnya harga beda log dibagi dengan banyaknya kelas yang dikehendaki.
Untuk menyusun kelas-kelas ayang dikehendaki maka terlebih dahulu harus dicari
tengah kelas dari kelas pertama. Tengah kelas pertama dengan setengah dari beda
log tengah kelas. Untuk tengah kelas kedua, harganya merupakan pertambahan
antara tengah kelas pertama dengan beda logaritma tengah-tengah kelas, demikian
pula halnya dengan tengah kelas selanjutnya dan harga terendah dari tiap-tiap
kelasnya.
Setelah nilai-nilai yang terdapat pada tabel yang
dimaksud maka dihitung berdasarkan analisis “Weighted Regression” dengan asumsi
bahwa varians kelas-kelas tersebut sama besar, yaitu:
X = ΣnX
N
Y = ΣnY
N
ΣX2 = ΣnX2 – (ΣnX)2
N
ΣY2 = ΣnY2 – (ΣnY)2
N
ΣXY2 = ΣnXY – (ΣnX)2 (ΣnY)2
N
b
= ΣXY b = Tangen sudut garis regresi
X2
a
= Y – bX a =
Titik potong garis regresi dengan sumbu Y
Uji T
(Walpole,1982).
Σ d2xy = ΣY2 =
ΣnY2 –
(ΣXY)2
ΣX2
S2
yx = Σ d2 xy
N-2
S2
b = S2 yx
ΣX2
Sb = √
S2 b
Thit = 3 - b
Sb
Nilai Koefisien
korelasi panjang dan berat adalah :
r = Σ XY
√ (ΣX2. ΣY2)
3.
TKG dan IKG
Persamaan yang
diperlukan untuk menghitung Indeks Kematangan Gonad yaitu :
IKG = Berat Gonad (Wg) x
100 %
Berat Tubuh (Wb)
Keterangan : IKG =
Indeks Kematangan Gonad (%)
Wg =
Berat Gonad (gr)
Wb =
Berat tubuh (gr)
4. Fekunditas
Fekunditas
ikan ditentukan dengan menggunakan metode gravimetrik dengan rumus (Effendie,
1997) :
Keterangan
: F = fekunditas (butir);
G = bobot tubuh (g);
Q = bobot gonad contoh
(g); dan’
n = jumlah telur pada
gonad contoh (butir).
4. Studi Kebiasaan Makan
Untuk mengetahui studi kebiasaan makan ikan dapat
digunakanan metode-metode berikut ini :
a.
Metode Jumlah
Berdasarkan metode ini,
maka persentase jumlah setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal
Organisme A = Jumlah Organisme A pada lambung ikan
Jumlah semua organisme pada
lambung ikan
b.
Metode Frekuensi Kejadian
Berdasarkan metode ini,
maka persentase Frekuensi kejadian setiap organisme makanan adalah sebagai
berikut:
Misal Organisme A = Jumlah frekuensi kejadian pada lambung
A
Jumlah semua
frekuensi kejadian pada lambung ikan
c.
Metode Volumerik
Berdasarkan metode ini,
maka persentase setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal
Organisme A = Volume rata-rata organisme
A
Jumlah semua volume rata-rata
d.
Indeks Relatif Penting
Penggabungan
dari metode jumlah, volumerik dan frekuensi kejadian menghasilkan peramaan
sebagai berikut :
IRP = (N + V) F
Dimana : IRP =
Indeks Relatif Penting (%)
N = Persentase jumlah satu
macam makanan
V = Persentase volume satu
macam makanan
F = Frekuensi kejadian satu
macam makanan
e.
Indeks Bagian Terbesar
Indeks bagian terbesar merupakan
penggabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode volumerik yang
menghasilkan persamaan :
IBT = Vi x Oi X 100 %
ΣviOi
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 2.
Hubungan Panjang Berat Ikan Alu-Alu (Sphyraena barracuda)
No.
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Nilai a
|
Nilai b
|
ket
|
1
|
Jantan
|
56
|
-0.00040603
|
1,217814
|
|
2
|
Betina
|
44
|
-0.00114745532738463
|
1.29887475197202
|
Tabel 3. Tingkat
Kematangan Gonad (IKG) Ikan Alu-alu (Sphyraena
barracuda)
No.
|
Jenis kelamin
|
jumlah
|
TKG
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||
1.
|
Jantan
|
56
|
21
|
28
|
6
|
1
|
2.
|
Betina
|
44
|
2
|
11
|
12
|
19
|
Tabel
4. Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Aalu-alu (Sphyraena barracuda)
No.
|
Jenis kelamin
|
Ʃ IKG
|
1.
|
Jantan
|
0,601914
|
2.
|
Betina
|
1,282808
|
Tabel
5. Fekunditas Ikan Alu-alu (Sphyraena
barracuda)
No.
|
L
|
W
|
CB
|
1
|
22
|
1,85
|
18%
|
2
|
23
|
2,36
|
8%
|
3
|
23
|
0,38
|
11%
|
4
|
23
|
2,6
|
6%
|
5
|
22
|
0,57
|
2%
|
6
|
26
|
3,1
|
11%
|
7
|
45
|
2,52
|
3%
|
8
|
33
|
0,35
|
3%
|
9
|
74
|
6,45
|
7%
|
10
|
33
|
0,71
|
7%
|
11
|
21
|
1,17
|
2%
|
12
|
23,7
|
1,76
|
3%
|
13
|
24,2
|
3,04
|
4%
|
14
|
23,1
|
2,36
|
2%
|
15
|
22,7
|
1,78
|
2%
|
16
|
25
|
3,26
|
3%
|
17
|
23,2
|
2,31
|
4%
|
18
|
24,5
|
2,61
|
3%
|
19
|
25,2
|
3,16
|
2%
|
Tabel
6. Kebiasaan Makan Ikan Alu-alu (Sphyraena
barracuda)
No.
|
Berat (g)
|
Jenis Makanan
|
|
Teri
|
MTT
|
||
1
|
0,89
|
0
|
100
|
2
|
3,62
|
75
|
25
|
3
|
1,20
|
25
|
75
|
4
|
3,44
|
100
|
0
|
5
|
1,59
|
25
|
75
|
6
|
3,56
|
50
|
50
|
7
|
3,89
|
75
|
25
|
8
|
1,12
|
75
|
25
|
9
|
0,65
|
0
|
100
|
10
|
0,70
|
0
|
100
|
11
|
1,76
|
100
|
0
|
12
|
0,59
|
75
|
25
|
13
|
2,22
|
25
|
75
|
14
|
0,60
|
75
|
25
|
15
|
1,69
|
30
|
70
|
16
|
1,44
|
40
|
60
|
17
|
1,89
|
65
|
35
|
18
|
3,21
|
15
|
85
|
19
|
0,51
|
0
|
100
|
20
|
0,96
|
90
|
10
|
Jumlah
|
940
|
1060
|
B. Pembahasan
1. Hubungan panjang dan Berat
a. Ikan jantan
Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan panjang dan berat dalam
suatu waktu tertentu. Dalam melakukan pengukuran panjang ikan dilakukan dengan
metode sistemetrik dengan menggunakan mistar besi diperoleh nilai panjang yang
diukur dari ujung moncong sampai ujung ekor ikan, sedangkan beratnya diperoleh
dengan cara menimbang ikan dengan alat timbangan analitik.
Berdasarkan pengukuran panjang berat ikan alu-alu (Sphyraena jello)
diperoleh hasil pengukuran panjang bahwa ikan jantan memiliki panjang maksimal
260 mm dan minimal panjangnya 210 mm, sedangkan berat 3, 16 gram dan berat
maksimum adalah 0.35 gram.
Grafik. 1
Hubungan Logaritma Berat dengan Logaritma Panjang Ikan Alu-Alu (S.
barracuda)
Berdasarkan grafik diatas dan
perhitungan dengan analisis Weighted Regression, maka didapatkan hasil nilai
konstanta a untuk ikan jantan adalah
-0.00040603 dan nilai konstanta b untuk ikan jantan adalah
sebagai berikut 1,217814.
b. Ikan betina
Untuk ikan alu-alu betina berdasarkan hasil pengamatan panjang berat
diperoleh hasil pengukuran bahwa ikan jantan memiliki panjang maksimal 252 mm
dan panjang minimal 210 mm sedangkan berat
maksimal adalah 3,46 gram dan berat minimal adalah 0.32gram
Grafik.2 Hubungan logaritma berat dengan logaritma
panjang ikan alu-alu (S. barracuda)
Berdasarkan grafik diatas dan perhitungan analisis
maka didapatkan hasil untuk nilai konstanta a untuk ikan betina -0.00114745532738463 sedangkan untuk nilai konstanta b
untuk ikan betina adalah 1.29887475197202 maka dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan panjang ikan alu-alu (S.
Barracuda) lebih cepat bila dibandingkan beratnya. Hal ini membuktikan
bahwa pertumbuhan berat di pengaruhi oleh panjang sedangkan pertumbuhan panjang
tidak dipengaruhi oleh berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewiyanti (2012)
yang menyatakan bahwa niali b dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan
lingkungan.
2. TKG dan IKG
Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan
sesudah memijah. Kematangan gonad ini dapat digunakan ini dapat digunakan untuk
menentukan perbandingan gonad ikan apakah ikan sudah matang atau belum memijah.
Serat juga menentukan ukuran dan umur ikan pada saat pertama kali matang gonad
dan dapat juga digunakan untuk menentukan masa pemijahan, lama saat pemijahan
dan frekuensi pemijahan. Pada umumnya tingkat kematangan gonad pada ikan
dikatakan baik yakni pada saat TKG IV
karena pada saat TKG IV dianggap ikan sudah memijah.
Berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan bahwa TKG ikan alu-alu (S.
Barracuda) yang berjenis kelamin jantan
didominasi oleh TKG II yaitu sebanyak 28 ekor sedangkan untuk ikan
alu-alu (S. barracuda) yang berkelamin betina didominasi oleh TKG IV
yaitu sebanyak 19 ekor sedangkan untuk TKG V tidak ditemukan pada ikan ini. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Affandi dan Tang, 2002) yang menyatakan bahwa
tiap-tiap spesies ikan waktu pertama kali matang gonad tidak sama ukurannya.
Demikian pula untuk ikan yang spesies sama faktor utama yang mempengaruhi
pertama kali matang gonad adalah suhu dan makanan selain faktor keberadaan
hormonnya.
Indeks Kematangan Gonad (IKG) merupakan nilai dalam perbandingan dari berat
gonad. Perhitungan IKG dilakukan untuk memperoleh angka relatif kondisi
reproduksi hewan yang terdiri dari berbagai macam ukuran. Didalam proses
reproduksi sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme tertuju
untuk perkembangan gonad. Gonad semakin berat dibarengi dengan bertambahnya
besarnya ukuran termasuk garis tengah telur.
Berdasarkan hasil pengamatan Indeks Kematangan Gonad (IKG) pada ikan alu-alu (S. Barracuda ) memiliki IKG yang bervariasi. IKG tertinggi
diperoleh oleh Ikan alu-alu (S. Barracuda
) yaitu 1,282808dan ikan jantan memiliki IKG
sebesar 0,601914. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui bahwa ikan
alu-alu (S. barracuda) betina yang
tingkat kematangan gonadnya sudah sangat matang menunjukkan bahwa ikan alu-alu
(S. barracuda) sudah mendekati masa pemijahan aktif. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Sari (2002), menyatakan bahwa penurunan nilai IKG
tidak selalu tidak selalu menunjukkan pelepasan gamet tetapi juga dapat
berhubungan denggan penggunaan nutrien yang tersimpan dalam gonad dan pada perhitungan IKG digunakan untuk
memperoleh angka relatif kondisi reproduksi hewan yang terdiri dari berbagai
macam ukuran.
3. Fekunditas
Pada pengamatan fekunditas ikan Alu-alu (S. barracuda) betina diperoleh fekunditas terbesar adalah 18% dengan
panjang 220mm sedangkan yang terendah adalah 2% dengan panjang 210mm. Hal ini
menunjukkan bahwa fekunditas memiliki hubungan yang erat dengan panjang tubuh
suatu individu.
Grafik.3 Hubungan Panjang Berat dengan Fekunditas Ikan
Alu-Alu (S.
Barracuda).
Berdasarkan grafik diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pertambahan jumlah telur tidak secepat pertumbuhan
panjangnya. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan allometrik negatif sehingga pertambahan panjang ikan lebih
lambat dari pertambahan telurnya.
4. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan (food habits) dan kebiasaan cara makan (feeding habits ) merupakan dua istilah
yang sering salah diartikan oleh kebanyakan orang. Yang dimaksud dengan food habits adalah kualitas dan
kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan sedangkan feeding habits adalah waktu, tempat dan cara makanan itu didapatkan
oleh ikan.
Grafik 4. Diagram kebiasaan makan ikan alu-alu (S. barracuda)
Pada umumnya ikan mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi terhadap makanannyayang tersedia di
perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan mka kita dapat mengetahui
hubungan ekologi suatu organisme dalam suatu perairan misalnya bentuk
pemangsaan dan rantai makanan.
Berdasarkan grafik diatas dapat
diketahui bahwa ikan alu-alu menjadikan ikan teri sebagai makanan sekunder
sehingga ikan ini dapat dikategorikan sebagai ikan jenis karnivor sedangkan
makanan utamanya tidak teridentifikasi atau biasa disebut MTT.
V.
SIMPULAN DAN
SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
Pertambahan panjang ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) lebih cepat bila
dibandingkan dengan pertambahan beratnya. Dengan demikian pertumbuhan yang
terjadi pada ikan alu-alu (Sphyraena
barracuda) adalah pertumbuhan allometrik negatif.
Fekunditas
terbesar ikan alu-alu (Sphyraena
barracuda) adalah 18% dengan panjang 220 mm sedangkan yang terendah adalah
2% dengan panjang 210 mm.
Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) alu-alu (Sphyraena
barracuda) didominasi oleh TKG II oleh ikan jantan sedangkan pada ikan
betina ikan alu-alu (Sphyraena barracuda)
didominasi oleh TKG IV.
Sedangkan
kebiasaan makan pada ikan alu-alu (Sphyraena
barracuda) ikan teri dijadikan sebagai makanan sekunder sedangkan makanan
utama ikan barracuda pada praktikum ini tidak teridentifikasi atau MTT.
B. Saran
Adapun saran
saya adalah sebaiknya pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan diberikan
asistensi khusus untuk mengolah analisis
data.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous. 2002. Profil Departemen
Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Arief, 2005. Pengantar Iktioplankton. Fakultas Ilmu Perikanan Dan Kelautan, Bogor.
Arief, 2005. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya
Air. Liberty, Yogjakarta.
Nontji, 1993. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta.
Desrino.2009 Petunjuk Teknis
Pengoperasian Suatu Usaha Pembenihan Ikan Sei Pengembangan Hasil Penelitian
Perikanan. No. PHP/KAN/03/1988. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta. 127 hal.
Hartidjo. 2008. Metodologi
Penelitian. Mandar Maju. Bandung.
Kottelat, M., A. J. Whitten., S. N.
Kartikasari dan S. Wirdjoatmodjo. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia
and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus
Editions Limited. Munich, Germany. 293 hal
Herdia, T., 2007. Dunia ikan.
Armico, Bandung.
Pulungan, C. P. 2006. Penuntun
Praktikum Biology Perikanan. Universitas Riau, Pekanbaru.
Pulungan, C. P. 2010. Penuntun
praktikum biologi perikanan. Pusat universitas riau. Pekanbaru 75 hal. (tidak
diterbitkan).
Smithetal Barmudi, 2008. ‘Usaha
Perikanan di Indonesia’. Mutiara Sumber
Widya. Jakarta. 96 hal.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus