Rabu, 27 Januari 2016

LAPORAN LENGKAP BIOLOGI PERIKANAN



I.     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Biologi perikanan adalah dasar dari ilmu tentang semua aspek-aspek yang berhubungan dengan biologi ikan. Setiap mahluk hidup mengalami pertumbuhan selama hidupnya dan melakukan reproduksi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu juga yang terjadi pada ikan, pertumbuhan tersebut dapat diamati secara fisik atau melalui pengamatan perkembangan jaringan.
Ikan merupakan hewan vertebrata dimana menggunakan air sebagai media tempat hidupnya, bergerak menggunakan sirip, bernafas dengan insang dan merupakan hewan poikiloterms atau berdarah dingin atau sedrhananya merupakan suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan tempat hidupnya.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan praktikum biologi perikanan tentang, analisa pola kebiasaan makanan ikan (food habits), tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, nilai fekunditas, analisa hubungan panjang berat. Adapun ikan yang digunakan dalam praktikum biologi perikanan adalah ikan Sphyraena sp.
B.  Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pelaksanaan pratikum ini adalah praktikan atau mahasiswa dapat mengetahui hubungan panjang berat seksualitas ikan, mengetahui fekunditas, Indeks Kematangan Gonad (IKG),dapat  menghitung Tingkat Kematangan Gonad (TKG), serta melihat kebiasaan makan ikan.

Sedangkan manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menambah wawasan tentang hubungan panjang berat seksualitas ikan, fekunditas, Indeks Kematangan Gonad (IKG), dapat  menghitung Tingkat Kematangan Gonad (TKG), serta melihat kebiasaan makan ikan.




















II.  TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Kingdom         : Animalia      
Filum              : Chordata
Kelas               : Pisces
Ordo               : Perciformes

Famili               : Sphyraenidae                                              
Genus             : Sphyraena

Spesies:           S. barracuda
Gambar 1. Klasifikasi ikan Sphyraena barracuda
A.  Morfologi dan Penyebaran
Ikan alu-alu memiliki bentuk tubuh bulat panjang dengan kepala menirus  kebagian moncong dengan mulut lebar, rahang bawah lebih panjang daripada rahang atas, dikedua rahangnya memiliki gigi yang cukup besar dan relatif panjang hal ini dikarenakan ikan ini merupakan jenis ikan karnivora. Pinggir tubuh dan perutnya berwarna keperakan dan mengkilat tetapi punggungnya berwarna hijau dan abu-abu (Djuanda, 1981) sedangkan menurut Murtidjo (2001) hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Djuanda namun Murtidjo menambahkan lagi sirip punggung ikan alu-alu berjumlah dua dan terpisah jauh sirip punggung kedua terdapat tepat diatas sirip anal, sirip ekornya berbentuk cagak dan sirip dada agak ke bawah.
Ikan alu-alu hidup mulai dari perairan pantai lepas dan sering bergerombol namun terkadang menyendiri. Ikan alu-alu tersebar hampir diseluruh perairan di kawasan iklim sedang  dan iklim tropis. Di Indonesia hampir terdapat diseluruh perairan baik barat, tengah maupun timur kawasan perairan di Indonesia (Murtidjo, 2001)
Hidup pada daerah bersubstrat pasir maupun pasir berlumpur, sehingga banyak terdapat pada perairan dangkal, Ikan muda berada di daerah Bakau, Estuari dan Terumbu Karang bagian dalam ikan dewasa tersebar luas dari Pantai sampai Laut lepas  bersifat Soliter namun bisa juga ditemukan dalam gerombolan kecil. Termasuk ikan carnivor, jenis makanannya dari ikan, Cephalopoda dan Udang. (Bailey et al., 2001).
Ikan barakuda terdapat di atlantik timur tepatnya di Teluk Biscay ke Mossamedes termasuk di wilayah Mediteranian dan laut hitam serta Afrika bagian utara. Sebanyak 20 spesies ikan jenis alu-alu terdapat pada Samudera Atlantik, Pasifik dan Hindia (Helfman et al., 1997), namun terdapat juga di perairan Laut Hitam (Black Seas) (Bailey et al., 2001).
B.  Hubungan Panjang Berat
Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir sama dengan hukum kubik dimana berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda dalam mengukur panjang berat ikan dikenal dengan dua cara yakni pengukuran langsung dan tidak langsung. Teknik pengukuran langsung ini, dilakukan bila jumlah yang diamati terlalu banyak dan akan menyebabkan banyak kesalahan dalam pencatatan. Sedangkan cara tidak langsung dilakukan dengan cara mula-mula log harga kecil terkecil dan terbesar dari panjang berat yang kita tentukan. Dari perbedaan harga log ini akan muncul harga beda log (Ersti, 2000).
C.  Tingkat Kematangan Gonad
Produksi artinya memperbanyak diri atau berkembang biak pada hewan air diketahui dan pproses fundamental reproduksi yaitu reproduksi asseksual misalnya dengan pembelahan dam memproduksi seksual dengan membentuk sel-sel gamet yakni sperma dan telur (Yuwono dan Purnama 2002), reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membuat zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Fujaya, 2004).
Tahap perkembangan gonad, sel pólices memipih dan berpindah untuk oosit yang sedang berkembang. Perubahan oosit selama pematangan ovarium mempunyai hubungan deengan tahap-tahap yang berbeda pembentukan miosis pada pertumbuhan primer meliputi tahap nukleat kiomatin, diameter oosit berkisar antara 20-50 mm. Sedangkan sitoplasma dan sel telur yang menonjol dengan satu nukleus besar atau bebrapa nukleus kecil. Pada saat ini terbentuk satu lapisan satu sel granulose dan satu sel reka (Wahyuningsih, 2006).
Menurut Permadi dkk (2009) faktor internal dalam diri ikan jenis ikan, heriditas, fisiologi, faktor eksternal (lingkungan), makanan, lama penyinaran suhu dan naiknya permukaan air pada musim penghujan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kematangan gonad menurut Webber dalam Styono (2004) diketahui sistem endokrin memiliki pesan yang penting dalam koagulasi pembentukan ganet pada prosabarnch. Dipercaya bahwa suhu, kualitas air, lama penyinaran, ombak, tekanan dari ombak, tekanan tempratur udara, salinitas, suplay makanan dan nutrisi adalah faktor yang mempengaruhi pembentukan gonad dan siklus breeding.
Menurut Effendi (2002), penelusuran ukuran telur masak dalam komposisi ukuran telur secara keseluruhan dapat menuntun kepada pandangan pada memijah ikan tersebut. Menurut Nikoisky dalam Effendi (2004) tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara alamiah halini berhubungan deengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhan atau tanpa berat gonad. Perbandingan antara berat gonad deengan berat tubuh.
Tingkat kematangan gonad merupakan bentuk analisis proses kematangan gonad ikan yang semakin matang sebelum terjadi pembuahan. Dalam reproduksi, sebagian hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimum ketika ikan akan memijah, kemudian beratnya menurun setelah pemijahan. Kondisi gonad ini dapat dinyatakan sebagai berat gonad dibagi berat tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100%.
Proses reproduksi sebagian besar merupakan hasil metabolisme yang tertuju pada perkembangan gonad. Berat gonad semakin bertambah dan mencapai maksimal ketika ikan itu kan berpijah, kemudian berat ikannya menurun setelah pemijahan (Hartono, 2009).

D.  Indeks Kematangan Gonad
Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai proses selesai (Effendie, 2002).
Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan ukuran terhadap rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad dengan berat tubuh.
E.  Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovary ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada saat memijah,. Pengetahuan tentang fekunditas sangatlah penting di bidang biologi perikanan untuk memprediksi berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Heriyanto,2011).
Banyak telur yang dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah atau biasa disebut dengan fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan spesies. Jumlah telur yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang tingkat kelangsungan hidupnya dialam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat diketahui dengan tingkat fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Telur yang dihasilkan memiliki ukuran yang bervariasi . ukuran telur dapat dilihat dengan menghitung diameter telur. Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur dengan mikrometer yang berskala yang sudah ditera. Pengamatan fekunditas dan diameter telur dapat dilakukan pada ikan dengan TKG III dan IV (Arief ,2009).
Dengan mengetahui fekunditas dapat ditaksir jumlah ikan yang akan dihasilkan dan juga dapat ditentukan jumlah ikan dalam kelas umur tertentu. Faktor-faktor yang memegang peranan mortalitas adalah faktor genetik serta respon terhadap makanan (Yasidi dkk., 2005)
F.   Kebiasaan Makan
Secara garis besar susunan saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, esophagus, lambung, intestinum dan anus. Akan tetapi, pada jenis ikan Channa organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat pyloric caeca. Selain itu pada mulut ikan dapat dijumpai gigi yang berperan untuk mambantu mendapatkan makanan. (Pulungan, 2006)
Kebiasaan makan ikan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan (feeding habits) adalah waktu tempat dan cara makanan itu didapatkan ikan (Nur 1997 dalam Effendie, 2002). Tidak keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya zat makanan oleh ikan diataranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan selera makan ikan terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan serta kondisi makanan ikan tersebut (Beckman, 1962 dan Yasidi dkk., 2005).
Dalam pengelompokkan ikan berdasarkan makanannya terdapat ikan sebagai pemakan plankton (plancton feeder), herbivora, kaarnivora dan omnivora. Berdasarkan jumlah variasi dari makanan yang macamnya sedikit dan ikan yang makannya hanya satu jenis makanan saja atau monophagus (Effendi, 2002).


















III.   METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum biologi perikanan dilakukan pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 09.00-15.00 WITA, bertempat di Laboratorium Produksi C Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan  Universitas Halu Oleo, Kendari.
B.     Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan pada praktek biologi perikanan dapat dilihat pada Table 1 di bawah ini.
Tabel 1. Alat dan Bahan Beserta Kegunaannya
No
Alat dan Bahan
Satuan
Kegunaa
A.
Alat



-  Gunting bedah
Buah
Sebagai alat bedah

-    Pisau bedah
Buah
Sebagai alat bedah

-    Penggaris
Cm
Sebagai alat ukur

-    Kamera
Unit
Untuk dokumentasi

-    Mikroskop
Unit
Untuk mengamati gonad ikan

-    Lap kasar dan lap halus
Paket
Sebagai alat pembersih

-    Alat tulis
Paket
Sebagai alat tulis

-    Kertas
Lembar
Untuk menulis laporan sementara

-    Gelas ukur
Ml
Untuk mengukur volume lambung

-    Pipet tetes
Ml
Untuk mengambil sampel gonad

-    Kaca preparat
Buah
Sebagai tempat sample (Gonad)

-    Kaca penutup
Buah
Sebagai penutup kaca preparat

-    Sunlight
Bungkus
Sebagai bahan pembersih

-    Timbagan digital
Gram
Untung menimbang ikan
B.
 Bahan



-    Ikan Alu-Alu (Sphyraena barracuda)
Ekor
Sebagai objek pengamatan




C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum biologi perikanan adalah sebagai berikut:
1.    Tahap Kematangan Gonad
-            Mengukur panjang total ikan (jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan lengkung sirip ekor yang paling belakang) menggunakan mistar dengan ketelitian 1 mm dan bobotnya ditimbang dengan timbangan digital berketelitian 0,01 g.
-            Melakukan pembedahan terhadap sampel ikan  dengan menggunakan gunting bedah (dengan ujung runcing-tumpul) dan menusukkan bagian yang runcing ke bagian anus hingga terbentuk lubang kecil. Kemudian gunting dirubah posisinya . Dengan posisi ujung gunting tumpul di bawah, menggunting tubuh ikan kea rah rongga perut bagian atas, pengguntingan dilakukan dengan hati-hati agar organ-organ dalam tidak rusak karena tertusuk ataupun robek. Setelah gunting mencapai jung terdepan dari rongga perut bagian atas (belakang kepala), gunting diarahkan ke bagian bawah hingga dasar perut. Kemudian membuka daging yang telah digunting tersebut.
-            Setelah dilakukan pembedahan, maka organ tubuh bagian dalam pada ikan akan terlihat
-            Tahap perkembangan gonad pada ikan jantan dan betina kemudian ditentukan.
2.    Indeks Kematangan Gonad
-            Gonad ikan yang diperoleh kemudian ditimbang untuk memperoleh bobot gonad sebenaranya
-            Data panjang bobbot ikan diperoleh
-            Menghitung besarnya indeks kematangan gonad dan Gonado Indeks sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Indeks kematang gonad (IKG) ditentukan dengan membandingkan bobot gonad dengan bobot tubuh ikan.
3.    Fekunditas
-            Analisis fekunditas pada ikan dengan fekunditas sedikit dilakukan dengan menghitung langsung telur dari ikan yang matang gonad (TKG IV-V) dan penghitungan dilakukan seluruhnya dengan cara diencerkan dengan air dan dihitung jumlah telurnya di bawah mikroskop
-            Untuk ikan-ikan yang mempunyai fekunditas dalam jumlah besar, penghitungan telur dapat dilakukan secara volumetric, gravimetric, atau cara gabungan. Namun dalam praktikum ini digunakan metode gravimetrik
-            Telur diambil sebagian (10-20%) dari bobot gonad pada bagian anterior, madian, dan posterior
-            Fekunditas populasi yaitu produksi telur ikan betina
-            Pengukuran diameter telur dilakukan dengan mengambil gonad ikan betina dari TKG III-V dari tiga bagian yang berbeda yaitu anterior, median dan posterior masing-masing sebanyak 100 butir
-            Telur diletakkan berjajar pada gelad oibjek lalu diamati dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi micrometer okuler, sebelumnya mikrometer okuler ditera dengan mikrometer objektif. Peneraan dilakukan dengan mangalikan nilai pengukuran diameter telur dengan hasil bagi antara mikrometer objektif dan okuler
-            Untuk melihat keeratan hubungan antara keduanya ditunjukan dengan nilai koefisien korelasi. Jika nilainya mendekati satu menandakan korelasi yang kuat. Jika nilai korelasinya mendekati nol maka hubungan keduanya lemah
-            Untuk mendapatkan ukuran ikan pertama kali matang gonad dengan panjang totalnya. Panjang ikan minimum pada sekurang-kurangnya 50% dari ikan yang matang gonad (TKG IV-V) dinyatakan sebagai ukuran ikan pertama kali matang gonad.
4.      Kebiasaan Makanan Ikan
-            Analisis makanan alami dilakukan dengan membedah ikan. Untuk dapat melihat alat pencernaan mulai dari faring sampai ke anus, menggunting bagian bawah kepala hingga trrbelah dua. Dengan cara ini alat pencernaan bagian depan (faring dan esophagus) dapat dilihat
-            Selanjutnya seluruh saluran pencernaannya dikeluarkan dan disimpan dalam botol sampel dan diawetkan dengan alcohol 10%
-            Jenis-jenis makanan ikan yang ditemukan dala saluran pencernaan diamati di bawah mikroskopbinokuler dan diidentifikasi
-            Penentuan kebiasaan makanan ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti metode jumlah, frekuensi kejadian, tumpukan dalam persen, volumetric, gravimetric, dan metode gabungan( indeks relative dan indeks bagian terbesar
-            Pemilihan metode penentuan kebiasaan makanan ditentukan oleh jenis ikan herbivore, karnivora, atau omnivore).
5.      Hubungan Panjang Dan Bobot
-            Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum
-            Mangambil satu persatu ikan yang tersedia, lalu mengukur panjangnya dengan menggunakan mistar dengan ketelitian 1 mm atau caliper, mulai dari ujung mulut sampai ujung ekor terpanjang (panjang total)
-            Mengukur bobot atau berat ikan dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
-            Mencatat hasil pengukuran
-            Melakukan analisis data panjang berat ikan
D.    Analisis Data
Data-data yang telah diperoleh dalam praktikum ini selanjutnya dianalisis dengan pedekatan-pendekatan matematis dan pendekatan statistik.
1. Hubungan Panjang berat
            Menurut Hile (1936) dalam Aslan (1996) bahwa formulasi umum yang dapat digunakan untuk menentukan  hubungan panjang berat adalah:
W = aL b
Keterangan :  W = Berat ikan , L = Panjang ikan dan a = Konstanta 
Persamaan tersebut dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma dan akan diperoleh persamaan linear sebagai berikut:
Log W = Log a + b Log L
Tehnik perhitungan panjang berat dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
a.      Secara Langsung
            Untuk melakukan tekhnik perhitungan secara langsung terlebih dahulu dibuat suatu daftar (tabel) yang tersususn dari harga-harga L,W, Log L, Log W, Log L x Log W, (Log L)2, (Log W)2. Selanjutnya jumlah-jumlah yang diperoleh dimasukan ke dalam persamaan sebagai berikut:
b  =N(LogL x Log W) – (Log L) (Log W)
            N(Log L)2- (Log L)2

a = Y – bX
Keterangan:  Y = Log W
                           N
                 X = Log L
                           N
r =        N(Log L x Log W) – (Log L) (Log W)
        √N(Log L)2 – (Log L)2x (N(Log W)2 – (LogW)2

Nilai-nilai a dan b yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam bentuk persamaan linear seperti yang dicantumkan pada halaman sebelumnya.
b.      Secara Tidak Langsung
            Dalam tekhnik perhitungan dengan cara ini, mula-mula dari masing-masing logaritma harga terkecil dan terbesar setiap panjang dan berat. Dari perbedaan harga logaritma ini ditentukan banyaknya kelas yang dikehendaki dan selanjutnya harga beda log dibagi dengan banyaknya kelas yang dikehendaki. Untuk menyusun kelas-kelas ayang dikehendaki maka terlebih dahulu harus dicari tengah kelas dari kelas pertama. Tengah kelas pertama dengan setengah dari beda log tengah kelas. Untuk tengah kelas kedua, harganya merupakan pertambahan antara tengah kelas pertama dengan beda logaritma tengah-tengah kelas, demikian pula halnya dengan tengah kelas selanjutnya dan harga terendah dari tiap-tiap kelasnya.
            Setelah nilai-nilai yang terdapat pada tabel yang dimaksud maka dihitung berdasarkan analisis “Weighted Regression” dengan asumsi bahwa varians kelas-kelas tersebut sama besar, yaitu:

X = ΣnX
          N

Y = ΣnY
        N
ΣX2 = ΣnX2(ΣnX)2
                           N
ΣY2 = ΣnY2(ΣnY)2
                           N

ΣXY2 = ΣnXY – (ΣnX)2 (ΣnY)2
                                     N 

b = ΣXY                                b = Tangen sudut garis regresi
X2
a = Y – bX                           a = Titik potong garis regresi dengan sumbu Y
Uji  T (Walpole,1982).
Σ d2xy = ΣY2 = ΣnY2XY)2
ΣX2

S2 yx    = Σ d2 xy
                  N-2

S2 b       = S2 yx
                 ΣX2

Sb        = √ S2 b      
Thit      = 3 - b
                 Sb
Nilai Koefisien korelasi panjang dan berat adalah :
r         =         Σ XY
            √ (ΣX2. ΣY2)





3.  TKG dan IKG
Persamaan yang diperlukan untuk menghitung Indeks Kematangan Gonad yaitu :
IKG  =  Berat Gonad (Wg)    x   100 %
              Berat Tubuh (Wb)
Keterangan : IKG   = Indeks Kematangan Gonad (%)
                      Wg    = Berat Gonad (gr)
                      Wb    = Berat tubuh (gr)
4. Fekunditas
            Fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan metode gravimetrik dengan rumus (Effendie, 1997) :
                                   
Keterangan :    F = fekunditas (butir);
                        G = bobot tubuh (g);
                        Q = bobot gonad contoh (g); dan’
                        n = jumlah telur pada gonad contoh (butir). 

4.   Studi Kebiasaan Makan
Untuk mengetahui studi kebiasaan makan ikan dapat digunakanan metode-metode berikut ini :
a. Metode Jumlah
Berdasarkan metode ini, maka persentase jumlah setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:

Misal Organisme A =     Jumlah Organisme A pada lambung ikan
                                     Jumlah semua organisme pada lambung ikan



b. Metode Frekuensi Kejadian
Berdasarkan metode ini, maka persentase Frekuensi kejadian setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A =         Jumlah frekuensi kejadian pada lambung A
                                    Jumlah semua frekuensi kejadian pada lambung ikan
c. Metode Volumerik
Berdasarkan metode ini, maka persentase setiap organisme makanan adalah sebagai berikut:
Misal Organisme A =      Volume rata-rata organisme A
                                        Jumlah semua volume rata-rata
d. Indeks Relatif Penting
            Penggabungan dari metode jumlah, volumerik dan frekuensi kejadian menghasilkan peramaan sebagai berikut :
IRP = (N + V) F
Dimana :  IRP  = Indeks Relatif Penting (%)
                 N    = Persentase jumlah satu macam makanan
                 V     = Persentase volume satu macam makanan
                 F     = Frekuensi kejadian satu macam makanan
e. Indeks Bagian Terbesar
            Indeks bagian terbesar merupakan penggabungan dari metode frekuensi kejadian dengan metode volumerik yang menghasilkan persamaan :
IBT = Vi x Oi     X 100 %
ΣviOi

IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Tabel 2. Hubungan Panjang Berat Ikan Alu-Alu (Sphyraena barracuda)
No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Nilai a
Nilai b
ket
1
Jantan
56
-0.00040603
1,217814

2
Betina
44
-0.00114745532738463
1.29887475197202

Tabel 3. Tingkat Kematangan Gonad (IKG) Ikan Alu-alu (Sphyraena barracuda)
No.
Jenis kelamin
jumlah
TKG
I
II
III
IV
1.
Jantan
56
21
28
6
1
2.
Betina
44
2
11
12
19
Tabel 4. Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Aalu-alu (Sphyraena barracuda)
No.
Jenis kelamin
Ʃ IKG
1.
Jantan
0,601914
2.
Betina
1,282808
Tabel 5. Fekunditas Ikan Alu-alu (Sphyraena barracuda)
No.
L
W
CB
1
22
1,85
18%
2
23
2,36
8%
3
23
0,38
11%
4
23
2,6
6%
5
22
0,57
2%
6
26
3,1
11%
7
45
2,52
3%
8
33
0,35
3%
9
74
6,45
7%
10
33
0,71
7%
11
21
1,17
2%
12
23,7
1,76
3%
13
24,2
3,04
4%
14
23,1
2,36
2%
15
22,7
1,78
2%
16
25
3,26
3%
17
23,2
2,31
4%
18
24,5
2,61
3%
19
25,2
3,16
2%


Tabel 6. Kebiasaan Makan Ikan Alu-alu (Sphyraena barracuda)
No.
Berat (g)
Jenis Makanan
Teri
MTT
1
0,89
0
100
2
3,62
75
25
3
1,20
25
75
4
3,44
100
0
5
1,59
25
75
6
3,56
50
50
7
3,89
75
25
8
1,12
75
25
9
0,65
0
100
10
0,70
0
100
11
1,76
100
0
12
0,59
75
25
13
2,22
25
75
14
0,60
75
25
15
1,69
30
70
16
1,44
40
60
17
1,89
65
35
18
3,21
15
85
19
0,51
0
100
20
0,96
90
10

Jumlah
940
1060

B.     Pembahasan
1.      Hubungan panjang dan Berat
a.      Ikan jantan
Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan panjang dan berat dalam suatu waktu tertentu. Dalam melakukan pengukuran panjang ikan dilakukan dengan metode sistemetrik dengan menggunakan mistar besi diperoleh nilai panjang yang diukur dari ujung moncong sampai ujung ekor ikan, sedangkan beratnya diperoleh dengan cara menimbang ikan dengan alat timbangan analitik.
Berdasarkan pengukuran panjang berat ikan alu-alu (Sphyraena jello) diperoleh hasil pengukuran panjang bahwa ikan jantan memiliki panjang maksimal 260 mm dan minimal panjangnya 210 mm, sedangkan berat 3, 16 gram dan berat maksimum adalah 0.35  gram.
Grafik. 1 Hubungan Logaritma Berat dengan Logaritma Panjang Ikan Alu-Alu   (S. barracuda)
Berdasarkan grafik diatas dan perhitungan dengan analisis Weighted Regression, maka didapatkan hasil nilai konstanta a untuk ikan jantan adalah        -0.00040603 dan nilai konstanta b untuk ikan jantan adalah sebagai berikut 1,217814.
b.      Ikan betina
Untuk ikan alu-alu betina berdasarkan hasil pengamatan panjang berat diperoleh hasil pengukuran bahwa ikan jantan memiliki panjang maksimal 252 mm dan panjang minimal 210  mm sedangkan berat maksimal  adalah 3,46  gram dan berat minimal adalah 0.32gram

Grafik.2 Hubungan logaritma berat dengan logaritma panjang ikan alu-alu (S. barracuda)
Berdasarkan grafik diatas dan perhitungan analisis maka didapatkan hasil untuk nilai konstanta a untuk ikan betina -0.00114745532738463 sedangkan untuk nilai konstanta b untuk ikan betina adalah 1.29887475197202 maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan panjang ikan alu-alu (S. Barracuda) lebih cepat bila dibandingkan beratnya. Hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan berat di pengaruhi oleh panjang sedangkan pertumbuhan panjang tidak dipengaruhi oleh berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dewiyanti (2012) yang menyatakan bahwa niali b dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan lingkungan.
2.      TKG dan IKG
Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Kematangan gonad ini dapat digunakan ini dapat digunakan untuk menentukan perbandingan gonad ikan apakah ikan sudah matang atau belum memijah. Serat juga menentukan ukuran dan umur ikan pada saat pertama kali matang gonad dan dapat juga digunakan untuk menentukan masa pemijahan, lama saat pemijahan dan frekuensi pemijahan. Pada umumnya tingkat kematangan gonad pada ikan dikatakan baik yakni pada saat TKG IV  karena pada saat TKG IV dianggap ikan sudah memijah.
   Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa TKG ikan alu-alu (S. Barracuda) yang berjenis kelamin jantan  didominasi oleh TKG II yaitu sebanyak 28 ekor sedangkan untuk ikan alu-alu (S. barracuda)  yang berkelamin betina didominasi oleh TKG IV yaitu sebanyak 19 ekor sedangkan untuk TKG V tidak ditemukan pada ikan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Affandi dan Tang, 2002) yang menyatakan bahwa tiap-tiap spesies ikan waktu pertama kali matang gonad tidak sama ukurannya. Demikian pula untuk ikan yang spesies sama faktor utama yang mempengaruhi pertama kali matang gonad adalah suhu dan makanan selain faktor keberadaan hormonnya.
Indeks Kematangan Gonad (IKG) merupakan nilai dalam perbandingan dari berat gonad. Perhitungan IKG dilakukan untuk memperoleh angka relatif kondisi reproduksi hewan yang terdiri dari berbagai macam ukuran. Didalam proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin berat dibarengi dengan bertambahnya besarnya ukuran termasuk garis tengah telur.
             Berdasarkan  hasil pengamatan Indeks Kematangan Gonad  (IKG)  pada ikan alu-alu (S. Barracuda ) memiliki IKG yang bervariasi. IKG tertinggi diperoleh oleh Ikan alu-alu (S. Barracuda ) yaitu 1,282808dan ikan jantan memiliki IKG sebesar 0,601914. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui bahwa ikan alu-alu (S. barracuda) betina yang tingkat kematangan gonadnya sudah sangat matang menunjukkan bahwa ikan alu-alu (S. barracuda)  sudah mendekati masa pemijahan aktif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sari (2002), menyatakan bahwa penurunan nilai IKG tidak selalu tidak selalu menunjukkan pelepasan gamet tetapi juga dapat berhubungan denggan penggunaan nutrien yang tersimpan dalam gonad  dan pada perhitungan IKG digunakan untuk memperoleh angka relatif kondisi reproduksi hewan yang terdiri dari berbagai macam ukuran.
3.      Fekunditas
Pada pengamatan fekunditas ikan Alu-alu (S. barracuda) betina diperoleh fekunditas terbesar adalah 18% dengan panjang 220mm sedangkan yang terendah adalah 2% dengan panjang 210mm. Hal ini menunjukkan bahwa fekunditas memiliki hubungan yang erat dengan panjang tubuh suatu individu.
Grafik.3 Hubungan Panjang Berat dengan Fekunditas Ikan Alu-Alu                     (S. Barracuda).
Berdasarkan grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertambahan jumlah telur tidak secepat pertumbuhan panjangnya. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan allometrik negatif  sehingga pertambahan panjang ikan lebih lambat dari pertambahan telurnya.
4.      Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan (food habits) dan kebiasaan cara makan (feeding habits ) merupakan dua istilah yang sering salah diartikan oleh kebanyakan orang. Yang dimaksud dengan food habits adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan sedangkan feeding habits adalah waktu, tempat dan cara makanan itu didapatkan oleh ikan.
Grafik 4. Diagram kebiasaan makan ikan alu-alu (S. barracuda)
Pada umumnya ikan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi terhadap makanannyayang tersedia di perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan mka kita dapat mengetahui hubungan ekologi suatu organisme dalam suatu perairan misalnya bentuk pemangsaan dan rantai makanan.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa ikan alu-alu menjadikan ikan teri sebagai makanan sekunder sehingga ikan ini dapat dikategorikan sebagai ikan jenis karnivor sedangkan makanan utamanya tidak teridentifikasi atau biasa disebut MTT.

V.            SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
Pertambahan panjang ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) lebih cepat bila dibandingkan dengan pertambahan beratnya. Dengan demikian pertumbuhan yang terjadi pada ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) adalah pertumbuhan allometrik negatif.
            Fekunditas terbesar ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) adalah 18% dengan panjang 220 mm sedangkan yang terendah adalah 2% dengan panjang 210 mm.
            Tingkat Kematangan Gonad (TKG) alu-alu (Sphyraena barracuda) didominasi oleh TKG II oleh ikan jantan sedangkan pada ikan betina ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) didominasi oleh TKG IV.
Sedangkan kebiasaan makan pada ikan alu-alu (Sphyraena barracuda) ikan teri dijadikan sebagai makanan sekunder sedangkan makanan utama ikan barracuda pada praktikum ini tidak teridentifikasi atau MTT.
B.     Saran
Adapun saran saya adalah sebaiknya pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan diberikan asistensi khusus untuk mengolah  analisis data.



DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2002. Profil Departemen Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Arief, 2005.  Pengantar Iktioplankton.  Fakultas Ilmu Perikanan Dan Kelautan, Bogor.
Arief, 2005.  Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air.  Liberty, Yogjakarta.
Nontji, 1993.  Laut Nusantara.  Djambatan, Jakarta.
Desrino.2009 Petunjuk Teknis Pengoperasian Suatu Usaha Pembenihan Ikan Sei Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan. No. PHP/KAN/03/1988. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 127 hal.
Hartidjo. 2008. Metodologi Penelitian. Mandar Maju. Bandung.
Kottelat, M., A. J. Whitten., S. N. Kartikasari dan S. Wirdjoatmodjo. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Limited. Munich, Germany. 293 hal
Herdia, T., 2007. Dunia ikan. Armico, Bandung.
Pulungan, C. P. 2006. Penuntun Praktikum Biology Perikanan. Universitas Riau, Pekanbaru. 
Pulungan, C. P. 2010. Penuntun praktikum biologi perikanan. Pusat universitas riau. Pekanbaru 75 hal. (tidak diterbitkan).
Smithetal Barmudi, 2008. ‘Usaha Perikanan di   Indonesia’. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

1 komentar: