Kamis, 28 Januari 2016

Laporan Ichtiologi Sistem Pernapasan Ikan Bandeng dan Cakalan



I.         PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Respirasi merupakan proses pertukaran atau pengambilan oksigen dan pelepasan  karbon dioksida antara organisme dengan lingkungan ia berada. Alat pernapasan pada ikan umumnya adalah insang namun pada saat larva ikan bernafas dengan kantung kuning telur ada juga beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernapasan tambahan. Umumnya ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan adalah ikan ikan yang hidup di daerah yang kurang oksigen.
Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua yaitu organ pernapasan akuatik yang terdiri dari Insang dalam atau insang yang terletak di dalam rongga insang dan insang luar atau insang yang beradadi luar rongga insang serta Organ pernapasan udara yaitu organ yang dapat langsung mengambil oksigen dari udara. Organ pernapasan udara juga dapat di bagi menjadi yaitu insang dalam dan insang luar.
Pada prinsipnya mekanisme pernapasan pada ikan Elasmobranchiidan telestoii sama yaitu terjadi pada dua tahap, tahap pertama merupakan inspirasi dan tahap kedua adalah ekspirasi. Ada juga mekanisme pernapasan lain yang disebut ram ventilation.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilaksanakan praktikum iktioloi tentang sistem pernapasan ikan.




B.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati letak bagian-bagian alat  yang digunakan dalam proses pernafasan yang meliputi insang serta ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang biasanya terdapat pada jenis-jenis ikan tertentu. Sedangkan manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa atau praktikan dapat mengetahui letak alat yang digunakan oleh ikan serta ada atau tidaknya pernapasan tambahan pada ikan.













II.      TINJAUAN PUSTAKA
A.      Klasifikasi
1. Ikan Bandeng (C. chanos)
            Klasifikasi dari ikan Bandeng (C. chanos) menurut Sudrajat (2008) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes
Famili :       Chanidae
Genus :     Chanos
Spesies : C.  chanos


                     Gambar 1. Ikan Bandeng (C. chanos)
                      (Sumber Dok. Pribadi 2015)













2. Ikan Cakalang (Katsuwonus  pelamis)
Klasifikasi dari Cakalang (K.  pelamis) menurut Nadia (2009)   adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Famili: Scombridae
Genus : Katsuwonus
Species  : K. Pelamis


                    Gambar 2. Ikan Cakalang (K. Pelamis)
                   (Sumber Dok. Pribadi 2015)

B.            Morfologi dan Anatomi
Ikan bandeng memiliki tubuh yang berbentuk memanjang, padat, pipih, dan oval, perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-5,2), perbandingan  panjang kepala dengan panjang total adalah 1 : (5,2 - 5,5) Kepala tidak bersisik. Mulut terletak di ujung dan berukuran kecil. Rahangnya tanpa gigi. Mata tertutup oleh kulit bening (subcytuneus), tutup insang terdiri dari tiga bagian tulang, yaitu operculum suboperculum dan radii branhiostegi, semua tertutup selaput membran branhiostegi. Sirip dada terletak dekat/dibelakang tutup, insang dengan rumus jari-jari PI. 16-17. Sirip, perut terletak di bawah perut, dengan rumus jari-jari VI. 10-11. Sirip dubur terletak dekat anus dengan rumus jari-jari A 11. 8-9. Garis sisi (Linea lateralis) terletak memanjang dari belakang tutup insang dan berakhir pada bagian tengah sirip ekor.
Secara eksternal ikan bandeng mempunyai bentuk kepala mengecil dibandingkan lebar dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir (adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada seluruh tubuhnya. Pada bagian punggungnya berwarna kehitaman atau hijau kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak serta mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai sirip ekor. Pada ikan bandeng ukuran juvenil dan dewasa jumlah sirip dorsal II :12-14, anal II: 8 atau 9, sirip dada I: 15-16, sirip bawah I:10 atau 11 dan mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai caudal antara 75-85, dan tulang belakang berjumlah 44 ruas.
Tubuh berbentuk memanjang dan agak bulat (fusiform), dengan dua sirip punggung yang terpisah. Sirip punggung pertama terdiri dari XIV-XVI jari-jari tajam. Sirip punggung kedua yang terdiri dari 14-15 jari-jari lunak, diikuti oleh 7-9 sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip dubur berjumlah 14-15 jari-jari, diikuti oleh 7-8 finlet. Sirip dada pendek, dengan 26-27 jari-jari lunak. Di antara sirip perut terdapat dua lipatan kulit yang disebut taju interpelvis. Busur (lengkung) insang yang pertama memiliki 53-63 sisir saring(Charles, 2004).
Bagian punggung berwarna biru keungu-unguan hingga gelap. Bagian perut dan bagian bawah berwarna keperakan, dengan 4 hingga 6 garis-garis berwarna hitam yang memanjang di samping badan. Tubuh tanpa sisik kecuali pada bagian barut badan (corselet) dan gurat sisi. Pada kedua sisi batang ekor terdapat sebuah lunas samping yang kuat, masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.
C.           Habitat dan Penyebaran
Hela dan Laevastu (2004) mengatakan bahwa pengaruh suhu permukaan laut terhadap penyebaran cakalang untuk perairan tropis adalah kecil karena suhu relatif sama (konstan) sepanjang tahunnya. Walaupun demikian suhu dapat menandakan adanya current boundaries. Kemudian dijelaskan penyebaran tuna dan cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus. Garis konvergensi di antara arus dingin dan arus panas merupakan daerah yang banyak makanan dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang baik untuk perikanan tuna dan cakalang.
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, gerakan bergelombang panjang dan arus yang disebabkan oleh pasang surut. Angin yang berhebus di perairan Indonesia terutama adalah angin musim yang dalam setahun terjadi dua kali perbalikan arah yang mantap, masing-masing disebut angin barat dan angin timur (Nontji, 2003). Penyebaran ikan cakalang sering mengikuti penyebaran atau sirkulasi arus. Daerah pertemuan antara arus panas dan arus dingin merupakan daerah yang banyak organisme dan diduga daerah tersebut merupakan fishing ground yang baik bagi perikanan cakalang (Hela and Laevastu, 2004).
Blackburn (1995) berpendapat bahwa kuat lemahnya arus menentukan arah pergerakan tuna dan cakalang. Pada kondisi arus kuat, tuna dan cakalang akan melawan arus dan pada arus lemah akan mengikuti arus.

D.           Fisiologi dan Reproduksi
Ukuran ikan cakalang diberbagai perairan dunia pada saat pertama kali memijah atau matang gonad berbeda beda. Dalam perkembangannya, cakalang akan mencapai tingkat dewasa pada tahap ke empat. Pada tahap ini cakalang dapat mencapai panjang 39,1 cm untuk jantan dan 40,7 untuk yang betina. ikan cakalang mulai memijah ketika panjang sekitar 40 cm dan setiap kali memijah dapat menghasilkan 1.000.000 – 2.000.000 telur. Cakalang memijah sepanjang tahun di perairan ekuator atau antara musim semi sampai awal musim gugur untuk daerah subtropis. Masa pemijahan akan menjadi semakin pendek dengan semakin jauh dari ekuator (Matsumoto,2004 ).
Pemijahan alami berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil yang tersebar disekitar gosong karang atau perairan yang jernih dan dangkal disekitar pulau pada bulan maret, mei, dan September sampai januari. Bandeng memijah pada tengah malam sampai menjelang pagi. Sedangkan pemijahan buatan dapat dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon yang diberikan dapat berbentuk cair atau padat. Hormone bentuk padat diberikan setiap bulan, sedangkan hormone bentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad. Induk bandeng akan memijah setelah 2– 15 kali implantasi tergantung pada tingkat kematangan gonad. Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat 3 dapat dipercepat dengan menyuntikkan hormone LHRH-a pada dosis 30– 50 mikro gram/kg berat tubuh atau dengan hormone HCG pada dosis 5000-10.000 IU/kg berat tubuh.
Indikator bandeng memijah adalah bandeng jantan dan bandeng betina berenang beriringan dengan posisi jantan dibelakang betina. Pemijahan lebih sering terjadi pada pasang rendah dan fase bulan seperempat. Dalam siklus hidupnya, bandeng berpindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya mulai dari laut sampai ke sungai dan bahkan danau. Hal ini disebabkan karena bandeng memiliki kisaran adaptasi yang tinggi terhadap salinitas.
E.       Nilai Ekonomi
Ikan bandeng memiliki rasa daging yang enak dan harga yang terjangkau. Khusus di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan, ikan bandeng memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi, ikan bandeng pada banyak diminta sebagai umpan hidup bagi usaha penangkapan ikan tuna (Thunnus spp.) dan cakalang (Katsuwonus pelamis). Bandeng juga banyak diminta untuk keperluan induk.
Komposisi gizi per 100 gram daging bandeng adalah energi 129 kkal, protein 20 g, lemak 4,8 g, kalsium 20 mg, fosfor 150 mg, besi 2 mg, vitamin A 150 SI, dan vitamin B1 0,05 mg. Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.
lkan cakalang adalah ikan yang berpotensi cukup tinggi dalam bidang ekspor serta memiliki nilai ekonomis tinggi. Walaupun demikian, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hal ini menyebabkan penanganan ikan cakalang  masih belum baik dari penangkapan sampai pemasaran). Ikan cakalang memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 26,2 mg/100g dan sangat cocok dikonsumsi oleh anak-anak dalam masa pertumbuhan, selain itu ikan  cakalang juga sangat kaya akan kandungan asam (Ronny, 2011)
F.            Sistem pernapasan
Ikan membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme dan membuang gas CO2sebagai hasil sisa metabolisme dalam sel. Oksigen merupakan zat yang sangat penting dibutuhkan oleh tubuh untuk mengoksidasi zat yang berupa makanan seperti karbohidrat, lemak,dan protein agar dapat menghasilkan energi yang diperlukan kembali oleh tubuh(Burhanuddin, 2008 ).
Alat pernafasan pada ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernafasan paru-paru selalu mengguakan insang. Filament insang adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah dan berfungsi untuk mengikat oksigen yang terlarut dalam air pada proses pernafasan. Lengkung insang mempunyai saluran yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk dari insang, merupakan tempat filament dan tapis insang. Tapis insang terletak pada bagian yang terdepan, yang pada jenis ikan herbivore pemakan plankton (plankton feeder) berfungsi sebagai penyaring makanan dan relative panjang dan rapat dibandingkan dengan jenis ikan karnivora. Insang ikan bertulang sejati ditutup oleh penutup insang (oprculum) yang terdiri atas bagian operculum, sub operculum, inter operculum, dan preperculum. Insang ikan bertulang rawan tidak tertutup operculum tetapi insang berada di dalam dan berhubung dengan lingkungan luar adanya celah-celah insang yang berjumlah 5-7 buah (Nadia, 2009)


III.        METODE PRAKTIKUM
A.       Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 27 Desember 2015 pukul 12.30-15.00 WITA di Laboratorium Produksi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari.
B.       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum kali ini pad dilihat tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan  bahan yang digunakan dalam praktikum 2  iktiologi
NoNamaAlat dan Bahan
Kegunaan
1.
Alat

-
Baki
Meletakkan organisme yang diamati.
-
Mistar
Mengukur panjang organisme yang diamati.
 -
Lap kasar
Membersihkan tempat organisme yang telah diamati.
-
Lap halus
Membersihkan alat yang telah dipakai pada saat praktikum.
-
Alat tulis menulis
Menulis semua hasil pengamatan.
-
Gunting Bedah
Untuk memotong organisme yang diamati
-
Pisau Bedah
Untuk membedah organisme yang diamati
-
Pinset Bedah
Untuk mengambil organisme  yang diamati
2.
Bahan 

 -
Ikan cakalang  (K. pelamis)
Organisme yang diamati
 -
-          Ikan Bandeng (C. chanos)
Organisme yang diamati



C.           Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan untuk mengamati alat pernapasan pada ikan adalah sebagai berikut:
-          Merusak bagian medula oblingata sera melakukan beberapa pembedahan untuk alat pernapasan yaitu:
-          Bagian tulang insang dan alat pernapasan tambahan terletak dalam rongga insang bagian atas
-          Membuat sayatan pada penutup isang preoperculum atau yang biasa disebut dengan preoperculum dari dasar keatas dan diteruskan agak kedepan sampai rongga bagian atas dapat dikelupas atau dikuliti dan dapat dilihat alat pernapasan tambahannya ada atau tidak.
-          Divertikula
-          Menggunting ikan mulai dari pinggir mulut kearah belakang sampai mulut











IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN.
A. Hasil Pengamatan
Description: D:\alfatmadina\New folder\Camera\20151227_140012.jpg1. Ikan Bandeng (C. Chanos)
Keterangan :
1. Gill filament: 226 lapis
2. Gill arch: 8 lapis

 

 
3. Gill racker : 90 lapis

                                                            

 Gambar 3.sistem pernapasan ikan Bandeng (C. Chanos)
2. Ikan Cakalang (K. Pelamis)
Description: D:\alfatmadina\New folder\Camera\20151227_140025.jpgKeterangan :
1. Gill filament : 270 lapis
1
 
3
 
2
 
2. Gill racker : 90 lapis
3. Gill arch    :8 lapis



Gambar 4. Sistem pernapasan ikan Cakalang (K. Pelamis)
Tabel 2. Hasil pengamatan sistem pernapasan ikan bandeng (C. Chanos) dan ikan cakalang (K. Pelamis) sebagai berikut
No.
Jenis pengamatan
Jenis ikan



Ikan bandeng (C. Chanos)
Ikan cakalang (K. Pelamis)
1.
Gill filament
226 lapis
270 lapis
2.
3.
Gill arch
Giil racker
8 lapis
90 lapis
8 lapis
90    apis


B.       Pembahasan
Alat pernapasan padaikan umumnya adalah insang adapula beberapa jenis ikan yang memiliki alat pernapasan lain  seperti kulit pada beberapa jenis ikan yang tidak bersisik,kantung kuning pada saat ikan masihberumur larva dan jaringan pembuluh darah yang biasanya ditemukan ikan jenis tertentu dimana insang ikan tersebut masih dalam tahap perkembangan. Secar umum fungsi insang pada ikan adalah sebagai alat pernapasan utama pada ikan, sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan pada jenis ikan plancton feeder dan juga sebagi alat pertukaran ion dan osmoregulasi.
Alat pernapasan ikan dapat digolongkan dalam organ pernapasan akuatik yang terdiri dari insang dalam atau insang yang berada dalam rongga insang dan insang luar yang berada diluar dari rongga insang, dan bgolongan kedua yang merupakan organ pernapasan udara dimana organ ini dapat secara langsung mengambil oksigen dari udara. Biasanya organ pernapasan udara ini terdapat pada beberapa jenis ikan yang hidup di daerah yang berkadar oksigen terlarut yang minim seperti perairan rawa, muara sungai.
Pada dasarnya organ pernapasan udara pada ikan terbagi menjadi lima organ yaitu organ brankial, organ tekak, organ kerongkongan, organ intestinal, dan kulit. Organ brankial terdiri dari rongga insang, insang, divertikula insang, aborescent, dan labirin. Organ tekak terdiri dari divertikula tekak dan rongga bukofaring. Organ kerongkongan terdiri dari gelembung gas dan paru-paru. Organ intestinal yang terdiri dari rongga lambung, usus.
Pada praktikum ini ikan yang digunakan ada dua jenis ikan yaitu ikan cakalang(Katsuwonus pelamis) dan ikan bandeng(Chanos chanos). Pada pengamatan alat pernapasan ini didapatkan hasil sebagai berikut yaitu jumlah gill racker padaikan cakalang berjumlah 90 gill filamentnya berjumlah 270 sedangkan gill arch dari ikan cakalang ini berjumlah 8. Sedangkan pengamatan yanng dilakukan pada jenis ikan lainnya yaitu ikan bandeng adalah sebagai berikut jumlah gill racker ikan bandeng berjumlah 90 lapis dan gill filamentnya berjumlah 226 dan gill arch ikan bandeng berjumlah 8. Hal ini sesuai dengn pernyataan Nadia(2014) yang menyatakan bahwa tapis insang berada pada bagian terdepan dimana ikan herbivora memiliki insang yang relatif panjang dan rapat dibanding ikan karnivora karena merupakan jenis ikan pemakan plankton yang berfungsi sebagai penyaring makanannya.









V.      SIMPULAN DAN SARAN
A.      Simpulan
Kesimpulan dari praktikum sistem inegumen ini adalah  ikan bandeng(Chanos chanos) memiliki gill filament atau tapis insang yang lebih panjang, rapat hal ini dikarenakan ikan bandenng merupakan jenis ikan herbivora dimana ikan bandeng merupakan plancton feeder dibanding jenis ikan karnivora yakniikan cakalang(Katsuwonus pelamis) yang memiliki insang yang lebih pendek dan kaku. Pada kedua ikan ini tidak memiliki alat pernapasan tambahan.
B.     Saran
Saran saya pada praktikum ini adalah sebaiknya pada praktikum selanjutnya asisten pendamping lebih rinci dalam menjelaskan apa yang harus praktikan lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar